Tukang Kayu Tercela
Periode pertama kerja, periode kedua sibuk menguasai negara,
Tokoh patriotik dijadikan bahan untuk mencarikan anak pekerjaan.
Ini semua karena gorong-gorong tercela.
Pejuang dulu kini jadi boneka,
Janji suci tersapu oleh senja,
Kekuasaan dipegang erat, tak ingin lepas,
Negeri ini terjerat dalam permainan catur yang penuh bias.
Rakyat menanti, mengharap perubahan,
Namun yang datang hanyalah kepalsuan,
Di bawah bendera yang dulu dikibarkan dengan bangga,
Kini hanya bayang-bayang, kebenaran tertutup oleh dusta.
Gorong-gorong yang dimasuki oleh dirinya,
Kini menjadi kenyataan yang ngeri,
Rakyat terus menduga, siapa yang benar, siapa yang salah,
Di mana keadilan, di mana janji yang pernah tercurah?
Tapi meski demikian, harapan tetap menyala,
Di setiap hati yang merindukan cinta,
Untuk tanah air yang sejahtera dan adil,
Meski badai menghadang, semangat tak akan pudar, tak akan gentar. Lawannn!
Negeri yang kaya, namun jiwa merdeka tak terasa,
Petinggi berlari, takut kehilangan mahkota,
Mereka saling menjegal, saling curiga dan menduga,
Kursi kekuasaan menjadi rebutan, hati nurani dilupa.
Entah siapa yang salah, rakyatnya atau pejabatnya,
Kebingungan melanda, dalam keramaian tanpa arah,
Apa arti kemerdekaan jika integritas tak dipunya, hanyaya janji kosong yang tersisa, di negeri yang kian gundah.
Bendera berkibar, namun maknanya mulai pudar, di mana suara yang dulu lantang menggemakan keadilan?
Untuk apa merdeka, jika hati terpenjara,
Dalam labirin kepentingan, nurani terpinggirkan.
Negeri yang kaya, petingginya takut kehilangan kekuasaan. Masing-masing takut di-jegal; semuanya panik, tidak mendapatkan kursi. Entah siapa yang salah—negerinya, rakyatnya, atau penjabatnya. Untuk apa merdeka jika tidak punya integritas? Jika hanya berfokus pada kekuasaan dan jabatan, maka kemerdekaan hanya menjadi ilusi. Rakyat terabaikan dalam perpecahan politik, dan janji-janji kemerdekaan hanya menjadi slogan kosong. Dalam situasi ini, pertanyaan mendasar tetap: Apakah kemerdekaan sejati berarti adanya kejujuran dan dedikasi untuk kesejahteraan semua? Atau hanya kepentingan segelintir orang yang memonopoli kekuasaan, meninggalkan negeri ini dalam kekacauan dan ketidakadilan?