Sumbu Pendek
Istilah “sumbu pendek” sering digunakan untuk menyebutkan seseorang yang gampang tersulut emosinya. Seperti sumbu pada kembang api yang pendek, orang dengan “sumbu pendek” biasanya tidak butuh banyak pemicu untuk marah atau bereaksi secara emosional. Sikap ini bisa muncul dalam berbagai situasi, baik dalam konteks pribadi maupun kelompok. Misalnya, seseorang mungkin merasa tersinggung dengan komentar kecil atau kritik yang sebenarnya bersifat konstruktif, kemudian merespons dengan kemarahan atau frustrasi.
Ada segenap faktor yang dapat memengaruhi seseorang menjadi "bersumbu pendek." Salah satunya adalah stres yang tinggi. Ketika seseorang menghadapi tekanan, baik dari pekerjaan, masalah pribadi, atau beban kehidupan sehari-hari, kemampuan untuk mengelola emosi menjadi menyempit. Akibatnya, menjadi lebih mudah marah, karena tingkat toleransi terhadap hal-hal yang menjengkelkan menurun.
Selain stres, faktor psikologis juga bisa berperan. Seseorang dengan masalah kepercayaan diri, misalnya, mungkin lebih sensitif terhadap kritik, karena mereka merasa rentan. Orang dengan riwayat trauma atau pengalaman buruk di masa lalu juga bisa memiliki kecenderungan untuk bereaksi secara emosional dengan cepat, karena mereka mungkin mengalami kesulitan mengatasi emosi negatif.
Namun, memiliki “sumbu pendek” bukan berarti seseorang tidak dapat berubah. Dengan kesadaran diri dan latihan pengelolaan emosi, seseorang bisa belajar untuk lebih sabar dan tenang dalam menghadapi situasi yang menantang. Kebiasaan seperti meditasi, pernapasan dalam, atau konseling bisa membantu dalam mengendalikan emosi.
Memahami diri sendiri dan mencari solusi adalah langkah awal dalam mengatasi kebiasaan bereaksi berlebih. Dengan ini, seseorang bisa mengembangkan reaksi yang lebih bijak dan terkontrol, sehingga dapat menghindari konflik yang tidak perlu dalam kehidupan sehari-hari.